Senin, 25 Juli 2011

0

KEJAWEN

Posted in
Kejawen adalah faham orang jawa atau aliran kepercayaan yangmuncul dari masuknya berbagai macam agama ke jawa. Kejawen mengakuiadanya Tuhan Gusti Allah tetapi juga mengakui mistik yang berkembangdari ajaran tasawuf agama-agama yang ada.Tindakan tersebut dibagi  tiga bagian yaitu tindakan simbolis dalamreligi, tindakan simbolis dalam tradisi dan tindakan simbolis dalam seni.

Tindakan simbolis dalam religi, adalah contoh kebiasaan orang Jawa yangpercaya bahwa Tuhan adalah zat yang tidak mampu dijangkau oleh pikiranmanusia, karenanya harus di simbolkan agar dapat di akui keberadaannyamisalnya  dengan  menyebut  Tuhan  dengan  Gusti  Ingkang  MurbhengDumadi, Gusti Ingkang Maha Kuaos, dan sebagainya.Tindakan simbolis dalam tradisi dimisalkan dengan adanya tradisiupacara kematian yaitu medo’akan orang yang meninggal pada tiga hari,tujuh hari, empatpuluh hari, seratus hari, satu tahun, dua tahun, tiga tahun,dan seribu harinya setelah seseorang meninggal (tahlillan).

 Dan tindakansimbolis dalam seni dicontohkan dengan berbagai macam warna yangterlukis pada wajah wayang kulit; warna ini menggambarkan karakter darimasing-masing tokoh dalam wayang.Perkembangan budaya jawa yang mulai tergilas oleh perkembanganteknologi yang mempengaruhi pola pikir dan tindakan orang jawa dalam kehidupan.

 Maka orang mulai berfikir bagaimana bisa membuktikan hal gaibsecara empiris tersebut dengan menggunakan berbagai macam metodetanpa mengindahkan unsur kesakralan. Bahkan terkadang kepercayaan itukehilangan unsur kesakralannya karena dijadikan sebagai obyek exploitasidan penelitian.

Kebiasaan orang Jawa yang percaya bahwa segala sesuatu adalahsimbol dari hakikat kehidupan, seperti syarat sebuah rumah harus memilikiempat buah soko guru (tiang penyangga) yang melambangkan empat unsuralam yaitu tanah, air, api, dan udara, yang ke empatnya dipercaya akanmemperkuat rumah baik secara fisik dan mental penghuni rumah tersebut.Namun  dengan  adanya  teknologi  konstruksi  yang  semakin  maju,keberadaan soko guru itu tidak lagi menjadi syarat pembangunan rumah.

Dengan analisa tersebut dapat diperkirakan bagaimana nantinya fahamsimbolisme akan bergeser dari budaya jawa. Tapi bahwa simbolisme tidakakan terpengaruh oleh kehidupan manusia tapi kehidupan manusialah yangtergantung pada simbolisme. Dan sampai kapanpun simbolisme akan terusberkembang mengikuti berputarnya sangkakala.

Mangkunegara IV (Sembah dan Budiluhur)
Mangkunegara  IV  memiliki  empat  ajaran  utama  yang  meliputisembah raga, sembah cipta (kalbu), sembah jiwa, dan sembah rasa.

Sembah Raga
Sembah raga ialah menyembah Tuhan dengan mengutamakan geraklaku badaniah atau amal perbuatan yang bersifat lahiriah
.
Cara bersucinyasama  dengan  sembahyang  biasa,  yaitu  dengan  mempergunakan  air(wudhu). Sembah yang demikian biasa dikerjakan lima kali sehari semalamdengan mengindahkan pedoman secara tepat, tekun dan terus menerus,seperti bait berikut:
Sembah raga puniku / pakartining wong amagang laku / sesucineasarana saking warih / kang wus lumrah limang wektu / wantu watakingwawaton
Sembah raga, sebagai bagian pertama dari empat sembah yangmerupakan perjalanan hidup yang panjang ditamsilkan sebagai orang yangmagang laku (calon pelaku atau penempuh perjalanan hidup kerohanian),orang menjalani tahap awal kehidupan bertapa (sembah raga puniku,

pakartining wong amagang laku). Sembah ini didahului dengan bersuci yangmenggunakan air (sesucine asarana saking warih). Yang berlaku umumsembah raga ditunaikan sehari semalam lima kali. Atau dengan kata lainbahwa untuk menunaikan sembah ini telah ditetapkan waktu-waktunya limakali dalam sehari semalam (kang wus lumrah limang wektu). Sembah limawaktu merupakan shalat fardlu yang wajib ditunaikan (setiap muslim)dengan memenuhi segala syarat dan rukunnya (wantu wataking wawaton).Sembah raga yang demikian ini wajib ditunaikan terus-menerus tiada henti(wantu) seumur hidup. Dengan keharusan memenuhi segala ketentuansyarat dan rukun yang wajib dipedomani (wataking wawaton). Watak suatuwaton (pedoman) harus dipedomani. Tanpa mempedomani syarat danrukun, maka sembah itu tidak sah.Sembah  raga  tersebut, meskipun  lebih  menekankan  gerak  lakubadaniah, namun bukan berarti mengabaikan aspek rohaniah, sebab orangyang magang laku selain ia menghadirkan seperangkat fisiknya, ia jugamenghadirkan seperangkat aspek spiritualnya sehingga ia meningkat ketahap kerohanian yang lebih tinggi.

Sembah Cipta( Kalbu )

Sembah ini kadang-kadang disebut sembah cipta dan kadang-kadangdisebut sembah kalbu, seperti terungkap pada Pupuh Gambuh bait 1 danPupuh Gambuh bait 11 berikut :
Samengkon sembah kalbu / yen lumintu uga dadi laku / laku agungkang kagungan narapati / patitis teteking kawruh / meruhi marang kangmomong.

Apabila cipta mengandung arti gagasan, angan-angan, harapan ataukeinginan yang tersimpan di dalam hati, kalbu berarti hati , maka sembahcipta di sini mengandung arti sembah kalbu atau sembah hati, bukansembah gagasan atau angan-angan.Apabila sembah raga menekankan penggunaan air untuk membasuhsegala  kotoran  dan  najis  lahiriah,  maka  sembah  kalbu  menekankanpengekangan hawa nafsu yang dapat mengakibatkan terjadinya berbagaipelanggaran dan dosa (sucine tanpa banyu, amung nyunyuda hardaningkalbu).Thaharah (bersuci) itu, demikian kata Al-Ghazali,
ada empat tingkat.

Pertama,
membersihkan hadats dan najis yang bersifat lahiriah.

Kedua,
membersihkan anggota badan dari berbagai pelanggaran dan dosa.

Ketiga,
membersihkan hati dari akhlak yang tercela dan budi pekerti yanghina.

Keempat,
membersihkan hati nurani dari apa yang selain Allah. Dan yangkeempat inilah taharah pada Nabi dan Shiddiqin.Jika thaharah yang pertama dan kedua menurut Al-Ghazali masihmenekankan bentuk lahiriah berupa hadats dan najis yang melekat dibadan yang berupa pelanggaran dan dosa yang dilakukan oleh anggotatubuh. Cara membersihkannya dibasuh dengan air. Sedangkan kotoranyang kedua dibersihkan dan dibasuh tanpa air yaitu dengan menahan danmenjauhkan diri dari pelanggaran dan dosa. Thaharah yang ketiga dankeempat juga tanpa menggunakan air. Tetapi dengan membersihkan hatidari budi jahat dan mengosongkan hati dari apa saja yang selain Allah.

Sembah Jiwa
Sembah jiwa adalah sembah kepada Hyang Sukma ( Allah ) denganmengutamakan peran jiwa. Jika sembah cipta (kalbu) mengutamakan perankalbu, maka sembah jiwa lebih halus dan mendalam dengan menggunakanjiwa atau al-ruh. Sembah ini hendaknya diresapi secara menyeluruh tanpahenti setiap hari dan dilaksanakan dengan tekun secara terus-menerus,seperti terlihat pada bait berikut:

Samengko kang tinutur / Sembah katri kang sayekti katur / MringHyang Sukma suksmanen saari-ari / Arahen dipun kecakup / Sembahingjiwa sutengong
Dalam rangkaian ajaran sembah Mangkunegara IV yang telah disebutterdahulu, sembah jiwa ini menempati kedudukan yang sangat penting. Iadisebut pepuntoning laku (pokok tujuan atau akhir perjalanan suluk). Inilahakhir perjalanan hidup batiniah. Cara bersucinya tidak seperti pada sembahraga dengn air wudlu atau mandi, tidak pula seperti pada sembah kalbudengan  menundukkan  hawa  nafsu,  tetapi  dengan
awas  emut 

(selaluwaspada dan ingat/dzikir kepada keadaan alam baka/langgeng), alam Ilahi.Betapa penting dan mendalamnya sembah jiwa ini, tampak dengan jelaspada bait berikut :
Sayekti luwih perlu / ingaranan pepuntoning laku / Kalakuan kangtumrap bangsaning batin / Sucine lan awas emut / Mring alaming lamaamota.
Berbeda dengan sembah raga dan sembah kalbu, ditinjau dari segiperjalanan suluk, sembah ini adalah tingkat permulaan (wong amaganglaku) dan sembah yang kedua adalah tingkat lanjutan. Ditinjau dari segi tatacara  pelaksanaannya,  sembah  yang  pertama  menekankan  kesucianjasmaniah dengan menggunakan air dan sembah yang kedua menekankankesucian kalbu dari pengaruh jahat hawa nafsu lalu membuangnya danmenukarnya dengan sifat utama. Sedangkan sembah ketiga menekankanpengisian  seluruh  aspek  jiwa  dengan  dzikir  kepada  Allah  serayamengosongkannya dari apa saja yang selain Allah.Pelaksanaan sembah jiwa ialah dengan berniat teguh di dalam hatiuntuk mengemaskan segenap aspek jiwa, lalu diikatnya kuat-kuat untukdiarahkan kepada tujuan yang hendak dicapai tanpa melepaskan apa yangtelah dipegang pada saat itu. Dengan demikian triloka (alam semesta)tergulung  menjadi  satu.  Begitu  pula  jagad  besar  dan  jagad  kecildigulungkan  disatupadukan.  Di  situlah  terlihat  alam  yang  bersinargemerlapan. Maka untuk menghadapi keadaan yang menggumkan itu,hendaklah perasaan hati dipertebal dan diperteguh jangan terpengaruh apayang terjadi.

Hal yang demikian itu dijelaskan Mangkunegara IV pada baitberikut:
"Ruktine ngangkah ngukud / ngiket ngruket triloka kakukud / jagad agung ginulung lan jagad alit / den kandel kumandel kulup / mring kelapingalam kono."
Sembah Rasa
Sembah  rasa  ini  berlainan  dengan  sembah-sembah  yangsebelumnya. Ia didasarkan kepada rasa cemas. Sembah yang keempat in

ialah sembah yang dihayati dengan merasakan intisari kehidupan makhluksemesta alam, demikian menurut Mangkunegara IV.Jika sembah kalbu mengandung arti menyembah Tuhan dengan alatbatin kalbu atau hati seperti disebutkan sebelumnya, sembah jiwa berartimenyembah Tuhan dengan alat batin jiwa atau ruh, maka sembah rasaberarti menyembah Tuhan dengan menggunakan alat batin inti ruh. Alatbatin yang belakangan ini adalah alat batin yang paling dalam dan palinghalus yang menurut Mangkunegara IV disebut telenging kalbu (lubuk hatiyang paling dalam) atau disebut wosing jiwangga (inti ruh yang palinghalus).Dengan demikian menurut Mangkunegara IV, dalam diri manusiaterdapat tiga buah alat batin yaitu, kalbu, jiwa/ruh dan inti jiwa/inti ruh(telengking kalbu atau wosing jiwangga) yang memperlihatkan susunanurutan kedalaman dan kehalusannya.Pelaksanaan sembah rasa itu tidak lagi memerlukan petunjuk danbimbingan guru seperti ketiga sembah sebelumnya, tetapi harus dilakukansalik sendiri dengan kekuatan batinnya, seperti diungkapkan MangkunegaraIV dalam bait berikut:
Semongko ingsun tutur / gantya sembah lingkang kaping catur / sembah rasa
karasa wosing dumadi / dadi wus tanpa tuduh / mung kalawankasing batos.

Apabila  sembah  jiwa  dipandang  sebagai  sembah  pada  prosespencapaian tujuan akhir perjalanan suluk (pepuntoning laku), maka sembahrasa adalah sembah yang dilakukan bukan dalam perjalanan suluk itu,melainkan sembah yang dilakukan di tempat tujuan akhir suluk. Dengankata lain, seorang salik telah tiba di tempat yang dituju. Dan di sinilah akhirperjalanan suluknya. Untuk sampai di sini, seorang salik masih tetap dibimbing gurunya seperti telah disebut di muka. Setelah ia diantarkansampai selamat oleh gurunya untuk memasuki pintu gerbang, tempatsembah yang keempat, maka selanjutnya ia harus mandiri melakukansembah rasa.Pada tingkatan ini, seorang salik dapat melaksanakan sendiri sembahrasa sesuai petunjuk-petunjuk gurunya. Pada tingkat ini ia dipandang telahmemiliki kematangan rohani. Oleh karena itu, ia dipandang telah cukup ahlidalam  melakukan  sembah  dengan  mempergunakan  aspek-aspekbatiniahnya sendiri.Di sini, dituntut kemandirian, keberanian dan keteguhan hati seorangsalik, tanpa menyandarkan kepada orang lain.

 Kejernihan batinlah yang menjadi modal utama. Hal ini sesuai dengan wejangan Amongraga kepadaTambangraras  dalam  Centini  bait  156.  Sembah  tersebut,  demikiandinyatakan Amongraga, sungguh sangat mendalam, tidak dapat diselamidengan kata-kata, tidak dapat pula dimintakan bimbingan guru. Oleh karenaitu,  seorang  salik  harus  merampungkannya  sendiri  dengan  segalaketenangan, kejernihan batin dan kecintaan yang mendalam untuk meleburdiri di muara samudera luas tanpa tepi dan berjalan menuju kesempurnaan.Kesemuanya itu tergantung pada diri sendiri, seperti terlihat pada baitberikut:

Iku luwih banget gawat neki / ing rar=’]asantang keneng rinasa / tankena ginurokake / yeku yayi dan rampung / eneng onengira kang ening / sungapan ing lautan / tanpa tepinipun / pelayaran ing kesidan / aneng siradewe tan Iyan iku yayi eneng ening wardaya



0 komentar: