Rabu, 01 Juni 2011

0

SIAPAKAH DZULKARNAIN SEBENARNYA?

Posted in
"Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain"
(al-Kahfi [18]:83)


Salah satu keunikan catatan al Qur'an adalah tokoh utama dalam Surat al-Kahfi (Gua) yang bernama Dzulkarnain. Ia membangun Pintu Besi. Ia juga memiliki kekuasaan dan kekuatan yang sangat besar, tetapi bersifat adil dan saleh. Membebaskan penduduk setempat dari kemungkinan serangan suku-suku asing, yang bahasanya sulit dimengerti. Menjelajah dunia ke Barat, kemudian ke Timur dan terakhir ke arah Utara. Tetapi siapakah Dzulkarnain?

Pertanyaan ini awalnya diajukan kaum musyrik Quraisy Mekkah atas prakarsa pendeta Yahudi kepada Nabi dengan harapan Nabi tidak memiliki informasi ini dan dapat dipermalukan di hadapan publik.

Sebaliknya, diantara para pembaca seperti Theodore Noldeke sarjana dari Jerman menyalahkan Muhammad saw karena menceritakan kisah aneh tentang Dzulkarnain. Orientalis lainnya berpendapat bahwa " hanya orang-orang tolol saja yang mempercayai kisah - kisah fiktif seperti Dzulkarnain"
.
Kritikan paling keras datang dari penulis Barat William Muir (1819-1905), penggagas Islamic Studies di Edinburgh abad ke-19. Menurut pendapatnya, kisah tersebut adalah cerita-cerita bodoh (idle tales), tidak berdasarkan bukti yang kuat . "Orang-orang yang percaya bahwa al-Qur’an berasal dari Tuhan adalah orang yang sangat tolol."

Lalu Tokoh Dunia Manakah: Dzulkarnain?

Tokoh Dzulkarnain menimbulkan kontroversi di kalangan ulama dan mufasir.
TETAPI KUNCI UTAMANYA, DZULKARNAIN HARUSLAH BERHUBUNGAN DENGAN SEJARAH YAHUDI. KARENA AWAL PERTANYAANNYA ATAS PRAKARSA PENDETA YAHUDI.

Sebagian besar ulama, mayoritas Muslim, dan sarjana non Muslim cenderung percaya bahwa yang dimaksud dengan Dzulkarnain dalam al-Qur’an adalah tokoh Alexander Agung (Alexander the Great). Misalnya saja pandangan Abdullah Yusuf Ali dalam komentarnya pada The Meaning of The Holy Qur’an atau mufasir Mohamad Yunus dari Indonesia. Tetapi ulama seperti Maududi, Maulana Abul Kalam Azad, Ayatullah Makarim al-Shirazi, dan ‘Allamah Thabathabai, berpendapat bahwa Dzulkarnain adalah karakter Pendiri Imperium Persia yang dikenal dengan nama Cyrus (Latin) atau Koresy (Persia).

Sebagai jalan keluar, pendekatan detail sejarah dapat membantu kita dalam mengartikan penggambaran al-Qur’an sehubungan dengan perkara Dzulkarnain. Inilah cara yang tepat untuk mendapatkan perkiraan yang terbaik dalam konteks sejarah dunia.

Dzulkarnain dalam bahasa Arab berarti Pemilik Dua Tanduk. Sebagian mufasir mengartikan Penguasa Dua Periode (Kurun), sebagian lagi menafsirkan Pemilik Dua Mahkota.

Arti harfiahnya adalah Pemilik Dua Karn, di mana karn berarti: (1) tanduk sapi, (2) teritorial atau daerah kekuasaan, (3) gulungan rambut, (4) era atau periode yang berhubungan dengan waktu. Lalu bagaimana kita bisa menjawab ini? Karakter penguasa mana yang digambarkan oleh al-Qur’an tentang Dzulkarnain? Dzulkarnain tentunya adalah (1) merupakan tokoh dunia, (2) kekuasaannya sangat besar dan menonjol sebagai rahmat dari Allah SWT, (3) penjelajah: menjelajah ke arah barat, kemudian ke timur dan terakhir ke utara, (4) memiliki karakter membuat pintu besi untuk pertahanan diri, (5) bersifat saleh, membantu sesama, dan (6) memiliki hubungan sejarah yang sangat dekat dengan YAHUDI.

Merujuk kepada berbagai tokoh sejarah dunia sebelum Nabi paling tidak ditemukan tiga kandidat yang dekat dengan penggambaran Dzulkarnain pada masa itu. Pertama adalah Alexander Agung Raja Makedonia penakluk Yunani dan Persia, penguasa peradaban tiga benua. Kedua adalah Cyrus Agung, Pendiri Imperium Persia, Raja Dua Mahkota, penakluk kerajaan besar Babylonia. Dan, ketiga adalah Darius III, Kaisar Persia. Tetapi dari studi sejarah lebih detail, hanya ada dua kandidat yang lebih dekat sebagai penggambaran tokoh Dzulkarnain, yaitu Alexander Agung dan Cyrus Agung. Kedua tokoh penakluk dunia tersebut, sebagaimana dicatat dalam dokumen sejarah, sama-sama memakai gelar “Agung” di belakangnya dan keduanya biasa disebut sebagai Penguasa yang MEMILIKI DUA MAHKOTA. Kedua-duanya juga menguasai sebagian besar peradaban dunia pada masanya.

Jadi Siapa Dzulkarnain?

Kita akan cenderung memilih Alexander Agung sebagai tokoh sejarah yang dekat dengan karakter Dzulkarnain. Bagaimanapun juga, Alexander Agung adalah tokoh sejarah dunia yang sangat terkenal, sangat populer. Dia penguasa dunia yang memiliki simbol dengan dua tanduk di kepalanya, memberikan inspirasi bagi Hanibal, Julius Caesar, dan Napoleon Bonaparte untuk menguasai dunia. Dia juga dihormati oleh kaum Yahudi karena kejeniusannya dalam militer. Dia juga dianggap Saint, Santo atau Orang Suci, oleh orang Kristen (Nasrani). Ulama Muslim pun banyak yang kagum terhadapnya karena kemasyhurannya sebagai Penguasa Barat, Timur dan Yunani. Dia melakukan revolusi dalam sejarah dunia. Namanya terkenal hingga berabad-abad kemudian bukan saja dalam kekuatan politik tetapi juga dalam bidang seni budaya. Kota Alexandria di Mesir merupakan Pusat Budaya Yunani, Mesir dan Romawi, tetapi juga bagi pemeluk agama Kristen dan Yahudi.

Sebaliknya simbol dua tanduk di kepala tidak dikenal dalam sejarah Imperium Persia, baik Cyrus maupun penggantinya. Simbol dua tanduk diberikan oleh kaum Yahudi kepada Cyrus sebagai Raja Mede dan Persia. Andaikan saja al-Qur’an tidak memberikan karakter lainnya sebagai tambahan, maka siapa saja akan yakin bahwa Dzulkarnain adalah Alexander Agung. Namun al-Qur’an memberikan tambahan ciri-ciri lain sebagai tokoh Dzulkarnain.

Ada sejumlah alasan untuk itu:

(1) Dzulkarnain adalah penguasa dan penjelajah yang memiliki sifat adil, saleh dan murah hati. Sifat tersebut hanya dimiliki oleh Cyrus Agung, Pendiri Imperium Persia yang dikenal dengan nama Cyrus atau Koresy. Tokoh ini terkenal karena saleh dan bijaksana, ini tercermin dari izin yang diberikannya kepada kaum Yahudi kembali ke Yerusalem, serta bantuannya kembali membangun rumah peribadatan kaum Yahudi. Di mata kaum Yahudi, Cyrus adalah sang Pembebas. Dia membebaskan kaum Yahudi dari tindasan Nabonidus, raja lalim dari Babylonia. Orang Yahudi begitu menghormati sehingga banyak jalan di Israel memakai nama Koresh, yang berarti Cyrus. Dia juga dikenal sebagai seorang Pembebas dengan memerangi suku-suku liar (Barbar) yang mengganggu keamanan penduduk setempat. Dia dikenal juga sebagai Bapak HAM pertama di dunia, dengan deklarasi HAM di Babylonia yang dicatat dalam Silinder Cyrus. Dalam sejarah Cyrus Agung tidak ada catatan bahwa dia setuju atau melakukan jual-beli budak-belian atau membunuh teman-temannya karena pandangan politik yang berbeda.

Sedangkan Alexander Agung, dia dikenal oleh teman-teman dekatnya sebagai seorang paranoid, berbahaya, dan pemabuk berat. Sejumlah kawan dekatnya dibunuhnya karena perbedaan pandangan politik. Ia juga tercatat memiliki banyak budak yang dijual, berasal dari penduduk Thebe (Yunani) dan penduduk Syria yang kalah perang. Inilah karakter pribadi yang sangat berbeda antara dua tokoh dunia kandidat Dzulkarnain.

(2) Apa yang dilakukan pertama kali oleh Dzulkarnain adalah menjelajah ke barat. Sedangkan Alexander Agung ekspansi ke selatan menaklukkan Yunani, kemudian ke selatan lagi menaklukkan Mesir. Baru setelah itu, ke timur menuju India. Berbeda dengan Cyrus, dia menjelajah ke barat menaklukkan Kerajaan Lydia yang berpusat di Yunani, menyeberangi Laut Tengah dari Mesir atau Laut Aegean di pantai Turki dekat kota pelabuhan Izmir. Di sinilah kemungkinan besar—ketika Cyrus berdiri di pesisir laut pantai Turki atau Asia Kecil daerah Laut Tengah—dia melihat matahari terbenam seolah-olah tenggelam ke laut yang berlumpur hitam, sebagaimana dicatat oleh al-Qur’an, “Hingga apabila telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di atas segolongan umat.” (al-Kahfi [18]:86). Air yang berlumpur hitam adalah Laut Aegean. Inilah batas daratan di Barat yang paling jauh, sebelum sampai daratan Kerajaan Lydia (Yunani). Dalam bahasa al-Qur’an memakai kata ‘ain, bukannya bahr yang berarti laut. Laut Aegean sesungguhnya memang bukan laut. Kemudian Cyrus mengalahkan kaum Barbar yang nomaden, berpindah-pindah tempat, di sebelah timur perbatasan wilayah Iran. Daerah di sini relatif datar, sinar matahari terbit langsung dapat dilihat dan tidak tertutup oleh pegunungan. Suku liar di sana tidak tinggal di tenda atau bangunan, setiap saat langsung kena sorot matahari, sebagaimana digambarkan oleh Surat al-Kahfi ayat 90. Berbeda dengan Alexander, jika kita tarik garis pada peta ke arah barat dari Makedonia, maka dia harus menyeberangi Laut Adriatik dan sampai ke wilayah Eropa Barat seperti Italia dan Prancis. Sayangnya sejarah tidak mencatat adanya ekspansi ke arah sana.

(3) Karakter yang dominan adalah perjalanan ke arah utara di sana Dzulkarnain berjumpa dengan suku liar yang tidak mengerti bahasa umumnya. Demikian liarnya, tidak seorang pun yang mampu berkomunikasi dengan mereka. Sebaliknya mereka juga tidak mengerti bahasa lainnya. Karakter ini hanya dimiliki oleh Cyrus Agung yang ekspansi ke arah utara, melalui pegunungan Kaukasus melewati Armenia, Azerbaijan, Georgia, Chezna, hingga tewas di Kazakhstan, berperang dengan suku-suku liar. Dalam bahasa al-Qur’an salah satu suku liar yang terkenal adalah Ya’juz dan Ma’juz. Daerah antara Laut Hitam dan Laut Kaspia banyak dihuni oleh suku Barbar yang sering mengganggu keamanan penduduk setempat. Salah satunya adalah suku Scythia, biasanya muncul di wilayah dekat Rusia hingga timur Laut Hitam, dikenal dengan nama lain: suku Tartar, atau Hun, menguasai wilayah utara. Cyrus tewas ketika berperang dengan suku Magatae yang mempunyai hubungan dengan suku Scythia. Alexander tidak tercatat dalam sejarah berperang melawan suku Barbar dan membebaskan penduduk setempat dari gangguan keamanan suku-suku tersebut.

(4) Karakter lainnya yang unik adalah membangun pintu besi dan kemampuan spesifik menggunakan besi. Cyrus Agung dikenal sering membangun benteng-benteng tinggi untuk melindungi penduduk setempat dari gangguan suku liar, misalnya dari suku Cythia di Asia Tengah, kemudian juga di perbatasan wilayah timur Persia. Di wilayah utara inilah kemungkinan besar Cyrus berkata, sebagaimana dicatat al-Qur’an, “Sebagai Penguasa aku mempunyai kewajiban untuk melindungi kalian dari serangan musuh, oleh karena itu tidak pantas untuk memungut pajak tambahan bagi pekerjaan ini. Sudah cukup rahmat Allah yang telah diberikan kepadaku. Cukup kalian membantu aku dengan tenaga kerja”. Di sini pula penduduk setempat dilatih oleh Cyrus bagaimana memanaskan besi, dicampur dengan tembaga, mengecor, menyambung, membentuk, dan memasang pintu besi yang panjangnya luar biasa. Pintu yang tebal dan tinggi, sehingga tidak mungkin suku-suku liar melintasi atau membuat lubang. Teknologi besi di abad ke-6 SM mungkin hanya dimiliki oleh Persia. Salah satu bukti sejarah adalah kerajaan Sicilia di Italia (bangsa Romawi) pada tahun 545 SM, mewarisi teknologi besi dari pasukan militer Cyrus ketika mempersiapkan penyerangan ke Lydia (wilayah Yunani). Di lain pihak, Alexander Agung tidak pernah berperang dengan suku-suku liar, atau membangun benteng-benteng tinggi untuk membebaskan penduduk dari serangan suku asing. Dia juga tidak tercatat pernah menjelajah ke arah utara dari Makedonia.

(5) Lokasi Pintu Besi di antara dua gunung, di manakah itu? Bagaimanapun juga, lokasi yang cocok dengan tempat Pintu Besi adanya di utara Tiblis, ibukota Georgia, antara Laut Hitam dengan Laut Kaspia. Ada jalan yang diapit oleh dua gunung, yaitu Dariel Pass. Daerah tersebut diberi nama Pintu Menuju Ghurash, bahasa Armenia yang berarti Cyrus. Sejumlah ahli sejarah mengatakan Pintu Besi tersebut masih berdiri hingga kini. Salah satu bukti yang mendukung Pintu Besi yang dimaksud dalam al-Qur’an adalah adanya sungai yang mengalir di dekatnya yang diberi nama Cyrus, nama Kaisar Pendiri Imperium Persia. Begitu kebetulan, Herodotus penulis Yunani dalam catatan sejarahnya Histoire, mengatakan bahwa Georgia adalah termasuk negara pertama di dunia yang mengenal teknologi melebur besi. Lebih lanjut, ensiklopedi mana pun menyebutkan bahwa di wilayah Georgia banyak ditemukan reruntuhan bekas kubu-kubu pertahanan militer Persia Kuno. Secara geografis, suku-suku liar yang buas di utara , tidak mungkin menembus ke selatan–masuk wilayah masyarakat yang lebih beradab di Asia Tengah seperti Armenia, Turki dan perbatasan Persia–tanpa melalui Pintu Besi ini yang menghalangi jalan tembus satu-satunya untuk melewati daerah pegunungan.

Aneh, memang, sejarah hanya mencatat bahwa Pintu Besi ini dibangun oleh pasukan perang Persia, tetapi tidak ada yang tahu, tepatnya Raja mana yang membuatnya.
Kita bisa tahu dan bisa menduga, karena ada catatan di al-Qur’an tentang Pintu Besi tersebut.

Sungguh luar biasa catatan Al Qur'an .

Surat al-Kahfi mencatat dua kisah yang berhubungan erat dengan kaum Nasrani dan Yahudi. Pemuda Gua adalah pemuda Nasrani yang beriman, yang mempertahankan ajaran tauhid, lari dari Raja yang lalim yang memaksa mereka menyembah dewa-dewa. Sedangkan Dzulkarnain adalah tokoh dunia yang berhubungan dengan penyelamatan kaum Yahudi. Misteri sejarah Dzulkarnain hanya bisa diungkapkan jika pembaca memiliki pengetahuan sejarah yang cukup detail untuk memahami karakter ayat-ayat al-Qur’an. Bagaimanapun juga, al-Qur’an tidak menyebutkan nama spesifik sebagai nama lain Dzulkarnain. Raja Cyrus adalah karakter yang paling mendekati gambaran yang dipaparkan oleh al-Qur’an. Ia adalah karakter dengan catatan sejarah yang lebih tepat dibandingkan dengan karakter Alexander Agung. Tidak ada sejarah tokoh dunia lainnya yang memiliki karakter spesifik demikian: Tokoh Penguasa Dunia (Adikuasa) yang saleh, adil dan bijaksana serta memiliki kekuasaan dan kekuatan (teknologi) besi yang luar biasa, menjelajah ke barat, timur dan utara. Dia membantu membebaskan penduduk setempat dari gangguan suku-suku liar yang buas, mendirikan benteng-benteng, kubu-kubu dan pintu besi sebagai pertahanan diri. Tetapi yang paling penting, ia sangat dikenal dan dihormati oleh kaum Yahudi karena membebaskan mereka dari tawanan Raja Babylonia yang lalim dan mengizinkan kembali ke Yerusalem. Julukan Raja Dua Mahkota (Dzul-Karnain) atau dengan simbol biri-biri jantan yang memiliki dua tanduk, diberikan oleh kaum Yahudi, sesuatu yang tercatat dalam Kitab Suci mereka, walaupun tidak tercatat dalam sejarah.
Sepanjang pengetahuan sejarah, Cyrus Agung adalah karakter yang paling dekat dengan penggambaran tentang Dzulkarnain. Sekarang kita pun mengetahui bahwa kisah ini bukanlah kisah fiktif, tetapi merupakan catatan sejarah yang akurat penggambarannya, dalam bentuk karakter tokoh dunia yang diceritakan dengan gaya bahasa al-Qur’an yang unik.

Kisah Dzulkarnain bukanlah kisah fiktif, tetapi ia merupakan kisah tokoh dunia, yang diceritakan sebagai pembelajaran teologi dan moral. Inilah salah satu keunikan catatan al Qur'an yang bisa diungkapkan oleh generasi kita sekarang.

Apa yang luar biasa dari Al Qur'an?

Ia membatasi tokoh dunia dengan "teknologi peleburan besi" yang dimilliki oleh Dzulkarnain. Artinya: Tokoh tersebut hidup dijaman IRON AGE atau ERA BESI antara 1300 SM hingga 300 SM. Itulah CYRUS THE GREAT.





Ditulis oleh: Arifin Mufti, direktur Cordoba Center

0 komentar: